Hari Kamis (18/7/2013) Pesantren Nasima Kampus 2 dibuka. Setelah sholat asar seluruh santri putri kelas 7,9,10,12, ustadz-ustadzah, pengurus Yayasan tumpah ruah di halaman dalam Kampus untuk mengikuti ceremonial pembukaan pesantren 1434H.
Buka puasa bersama pertama di sekolah sungguh mengasyikkan. Malam pertama taraweh juga ga kalah asyik. Pasca taraweh ada kegiatan interaktif bertema nabi Ibrahim,A.S. sampai akhirnya makan jajan bareng plus dilanjutin tidur atau istirahat bersama.
Malam pertama menginap jadi agak gimana gitu…tapi terlewati dengan damai. Bangun tidur langsung sholat malam. Hari pertama sahur di sekolah juga mewarnai makan bareng teman-teman santri di sekolah. Habis sahur terus bersiap sholat jamaah shubuh deh.
Sebelum sholat shubuh tadarus Al Quran bersama, baru dilanjutkan sholat shubuh berjamaah juga kuiah shubuh. Rangkaian berikutnya bina lingkungan dan patut diri. Para santri di hari Jumat itu harus berdandan jadi siswa karena itu hari kegiatan belajar dengan siswa putra. Busana putih-putih seragam hari Jumat bertaburan di Kampus 2 Nasima. Dengan diawali sholat dhuha bersama. Semua siswa-siswi SMP SMA Nasima melakukan kegiatan pembelajaran sesuai jadwal masing-masing dan sesuai tempat belajar masing-masing. Sungguh ..pemandangan yang elok, kampus Nasima 2 dirombak laksana Pesantren sesungguhnya. Ada suasana mengaji, ada suasana belajar ilmu pengetahuan, ada suasana kegiatan life skill, ada sholat berjamaah, Subhanalloh…hanya kata-kata kesucian untuk Sang Pencipta yang keluar dari mulut orang yang mengamatinya.
Itulah hari-hari di Pesantren Nasima.Hari kedua dan ketiga, di samping kegiatan rutin ibadah wajib lima waktu dan sunah Tahajud juga Dhuha. Bahkan menghadirkan adik-adik dari SLB “Menggapai Puncak dalam Keterbatasan”, menghadirkan dokter dengan dialog interaktif seputar remaja, menghadirkan pembimbing yang ahli di bidangnya untuk keterampilan, kaligrafi, fiqih mengurus jenazah, bermain rebana, dan sebagainya.
Sampailah pada hari keempat, Minggu (21/7/2013), di pagi yang cerah ini tampak berderet bus pariwisata dan mobil pengantar yang berjubel di depan jalan Tri lomba Juang Nomor 1 Semarang. Ada apa ternyata? Subhanalloh…para mujahid-mujahidah bersiap nyantri di Pondok Pesantren Al Hikmah Benda, Sirampog ,Brebes.
Di antara para orang tua murid dan putra-putrinya juga bapak-ibu guru, ustadz-ustadzah yang hiruk pikuk mempersiapkan keberangkatan Sang Pembela Kebenaran, siswa klas 8 SMP Nasima dan klas 11 SMA Nasima terpatri semangat berjuang. Wajah cerah ceria, senang sekaligus haru karena selama 10 hari akan berpisah dengan kedua orang tua dan keluarga di rumah. Telah berangkat dengan pengantar pembuka dari Manajer Kependidikan Kampus 2 Nasima, Ibu Dwi Sukaningtyas,M.Pd. Pesan Beliau bahwa santriwan-santriwati Nasima adalah tamu jadi jagalah sikap terpuji sebagai tamu. Belajar dan berkarya sebaik mungkin dengan semangat dan senang hati. Insya Allah akan dapat jalan kemudahan bagi yang ikhlas.
Minggu yang cerah ini tak kalah semangat dengan yang berangkat ke Brebes, Santri putri klas 7,9,10,12 Nasima beraktivitas di sekolah dengan kegiatan praktik Life Skill dan perawatan jenazah. Ada yang membuat kerajinan tangan; menyulam kasa menjadi sajadah mini. Walau pertama kalinya mereka memegang jarum jahit tetapi tetap berusaha memulainya. Ada yang menulis kaligrafi dengan berlepotan cat air juga ga masalah, ada yang buat kartu lebaran dengan disain grafis di lab computer, ada yang bersyair dan bersholawat, ada yang jurnalistik.
Dan satu lagi yang praktik fiqih merawat jenazah, ada tutor dari Rumah Sakit Tugu Rejo yang membimbing santri bagaimana cara mengkfani jenazah. seluruh santri dapat secara langsung memahami, memaknai, dan mengamalkan salah satu ibadah yang membuat sebagian "merinding", namun bagi santri Pesantren Nasima" merupakan ilmu yang sangat berarti. Terlihat pula beberapa santri tunduk termenung tatkala mendengarkan tahap demi tahap cara "menghargai" jenazah.
Buka puasa bersama pertama di sekolah sungguh mengasyikkan. Malam pertama taraweh juga ga kalah asyik. Pasca taraweh ada kegiatan interaktif bertema nabi Ibrahim,A.S. sampai akhirnya makan jajan bareng plus dilanjutin tidur atau istirahat bersama.
Malam pertama menginap jadi agak gimana gitu…tapi terlewati dengan damai. Bangun tidur langsung sholat malam. Hari pertama sahur di sekolah juga mewarnai makan bareng teman-teman santri di sekolah. Habis sahur terus bersiap sholat jamaah shubuh deh.
Sebelum sholat shubuh tadarus Al Quran bersama, baru dilanjutkan sholat shubuh berjamaah juga kuiah shubuh. Rangkaian berikutnya bina lingkungan dan patut diri. Para santri di hari Jumat itu harus berdandan jadi siswa karena itu hari kegiatan belajar dengan siswa putra. Busana putih-putih seragam hari Jumat bertaburan di Kampus 2 Nasima. Dengan diawali sholat dhuha bersama. Semua siswa-siswi SMP SMA Nasima melakukan kegiatan pembelajaran sesuai jadwal masing-masing dan sesuai tempat belajar masing-masing. Sungguh ..pemandangan yang elok, kampus Nasima 2 dirombak laksana Pesantren sesungguhnya. Ada suasana mengaji, ada suasana belajar ilmu pengetahuan, ada suasana kegiatan life skill, ada sholat berjamaah, Subhanalloh…hanya kata-kata kesucian untuk Sang Pencipta yang keluar dari mulut orang yang mengamatinya.
Itulah hari-hari di Pesantren Nasima.Hari kedua dan ketiga, di samping kegiatan rutin ibadah wajib lima waktu dan sunah Tahajud juga Dhuha. Bahkan menghadirkan adik-adik dari SLB “Menggapai Puncak dalam Keterbatasan”, menghadirkan dokter dengan dialog interaktif seputar remaja, menghadirkan pembimbing yang ahli di bidangnya untuk keterampilan, kaligrafi, fiqih mengurus jenazah, bermain rebana, dan sebagainya.
Sampailah pada hari keempat, Minggu (21/7/2013), di pagi yang cerah ini tampak berderet bus pariwisata dan mobil pengantar yang berjubel di depan jalan Tri lomba Juang Nomor 1 Semarang. Ada apa ternyata? Subhanalloh…para mujahid-mujahidah bersiap nyantri di Pondok Pesantren Al Hikmah Benda, Sirampog ,Brebes.
Di antara para orang tua murid dan putra-putrinya juga bapak-ibu guru, ustadz-ustadzah yang hiruk pikuk mempersiapkan keberangkatan Sang Pembela Kebenaran, siswa klas 8 SMP Nasima dan klas 11 SMA Nasima terpatri semangat berjuang. Wajah cerah ceria, senang sekaligus haru karena selama 10 hari akan berpisah dengan kedua orang tua dan keluarga di rumah. Telah berangkat dengan pengantar pembuka dari Manajer Kependidikan Kampus 2 Nasima, Ibu Dwi Sukaningtyas,M.Pd. Pesan Beliau bahwa santriwan-santriwati Nasima adalah tamu jadi jagalah sikap terpuji sebagai tamu. Belajar dan berkarya sebaik mungkin dengan semangat dan senang hati. Insya Allah akan dapat jalan kemudahan bagi yang ikhlas.
Minggu yang cerah ini tak kalah semangat dengan yang berangkat ke Brebes, Santri putri klas 7,9,10,12 Nasima beraktivitas di sekolah dengan kegiatan praktik Life Skill dan perawatan jenazah. Ada yang membuat kerajinan tangan; menyulam kasa menjadi sajadah mini. Walau pertama kalinya mereka memegang jarum jahit tetapi tetap berusaha memulainya. Ada yang menulis kaligrafi dengan berlepotan cat air juga ga masalah, ada yang buat kartu lebaran dengan disain grafis di lab computer, ada yang bersyair dan bersholawat, ada yang jurnalistik.
Dan satu lagi yang praktik fiqih merawat jenazah, ada tutor dari Rumah Sakit Tugu Rejo yang membimbing santri bagaimana cara mengkfani jenazah. seluruh santri dapat secara langsung memahami, memaknai, dan mengamalkan salah satu ibadah yang membuat sebagian "merinding", namun bagi santri Pesantren Nasima" merupakan ilmu yang sangat berarti. Terlihat pula beberapa santri tunduk termenung tatkala mendengarkan tahap demi tahap cara "menghargai" jenazah.
Indahnya Berbagi Dengan Sesama
Rabu 24 Juli 2013 adalah hari terakhir pesantren putri di nasima. Salah satu hal yang berkesan di penghujung waktu ini adalah saat berbagi dengan sesame. Nasima mengundang dua orang yang sangat berjasa bagi kebersihan jalan raya khusunya sepanjang Jalan Trilomba Juang. Beliau adalah Eyang Biun dan Eyang Darmi. Di usianya yang sudah tidak lagi muda sepasang sejoli ini masih tetap semangat bekerja mengabdikan diri untuk bangsa. Menjadi penyapu jalanan bukanlah cita-citanya, namun pekerjaan yang amat mulia ini tetap mereka jalani sejak 20 tahun lalu. Hidup bersama seorang cucu tercinta dalam keadaan yang pas-pasan tidak membuat mereka patah semangat dalam bekerja.
“Menjadi tukang sapu jalanan itu yo nyenengke. Biasa liat mobil, motor, dan orang-orang dijalan” kata Eyang Darmi sambil tertawa renyah hingga menampakan rongga mulutnya yang sudah tak bergigi lengkap. Namun kalau banyak angin dan kencangnya angin jadi tambah repot mengurus sampah daun kering atau bungkus-bungkus makanan yang berserakan di jalan.
Demikian suka duka yang berhasil kami ungkap dari sosok yang bersahaja ini. Sebelum beliau berdua meninggalkan Nasima, Galaih dan adek Rihan menyerahkan seperangkat parcel hasil karya anak putrid. Semoga bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari Eyang Biun dan Eyang Darmi.
“Menjadi tukang sapu jalanan itu yo nyenengke. Biasa liat mobil, motor, dan orang-orang dijalan” kata Eyang Darmi sambil tertawa renyah hingga menampakan rongga mulutnya yang sudah tak bergigi lengkap. Namun kalau banyak angin dan kencangnya angin jadi tambah repot mengurus sampah daun kering atau bungkus-bungkus makanan yang berserakan di jalan.
Demikian suka duka yang berhasil kami ungkap dari sosok yang bersahaja ini. Sebelum beliau berdua meninggalkan Nasima, Galaih dan adek Rihan menyerahkan seperangkat parcel hasil karya anak putrid. Semoga bermanfaat untuk kebutuhan sehari-hari Eyang Biun dan Eyang Darmi.